"Wanita yang baik untuk laki-laki yang baik/ Laki-laki yang baik untuk wanita yang baik atau sebaliknya."*
Selanjutnya, meyakini diri sebagai pribadi yang baik adalah sebuah kecerdasan. Jika telah diketahui bahwa manusia memiliki unsur baik dan juga unsur buruk, maka memilih untuk menumbuhkembangkan unsur baik adalah pilihan cerdas. Sekali lagi, adalah pilihan cerdas sebab sesuatu yang sudah menjadi pilihan akan berdampak pada fokus & orientasi yang untuk kemudian akan beranjak pada tingkat kebutuhan. Sehingga, berada pada kondisi 'butuh' baik maka kita benar-benar akan menjadi manusia yang sepenuhnya manusia. Dan, inilah yang kita sebut sebagai kesadaran kedua.
Sahabat...., 'baik' sebagai sebuah kebutuhan (buah dari meyakini diri sebagai pribadi yang baik) bukan berarti selalu penuh dengan hal-hal yang baik, bukan berarti mengesampingkan unsur buruk yang juga ada dalam diri kita. Kita bukanlah malaikat, tapi kita adalah manusia yang memilih menjadi manusia yang seutuhnya. Mari kita jabarkan sedikit, menjadi manusia yang seutuhnya berarti menjadi manusia yang sadar & paham terhadap 'kaidah-kaidah' penciptaan. Ketika 'baik' bersinergi dengan dimensi spiritualitas, maka ia akan berbicara soal iman. Ketika bicara soal iman, maka iman itu terkadang naik dan terkadang turun. Sementara, ketika 'baik' berada pada tataran aplikatif maka ia lebih dekat pada persoalan sikap & tingkah laku. Jadi sahabat...., sebagaimana manusia pada umumnya terkadang boleh jadi kita naik/turun imannya, baik/buruk sikap & tingkah lakunya. Pembedanya adalah, seiring dengan menaiknya iman maka kualitas baik kita juga akan menaik. Seiring dengan menurunnya iman, maka ada ikhtiar dari kita untuk menjaga agar kualitas baik kita tidak terlampau turun drastis dan bersamaan dengan itu pula tetap bersungguh-sungguh untuk mengembalikan ritme kualitas baik kita. Sementara, seiring dengan baiknya sikap dan tingkah laku kita maka kita semakin meyakini bahwa karunia baik adalah titipan dari Yang Maha Baik dan bersama itu pula kita lestarikan ekspresi syukur. Sedangkan, seiring dengan buruknya sikap dan tingkah laku kita maka kita membuka ruang besar untuk instrospeksi diri kemudian pada saat yang sama tetap bersungguh-sungguh untuk memperbarui taubat seraya berlapang untuk menghimpun maaf dan memohon ampun kepada Yang Maha Pengampun. Inilah 'kaidah-kaidah' penciptaan yang jika kita merealisasikannya, maka akan mengantarkan kita menjadi manusia yang seutuhnya manusia.
Sahabat...., di awal bahasan kita mengutip kalimat yang merupakan intisari dari salah satu ayat Al-Qur'an*. Itulah hukum kausalitas (sebab-akibat), janji Allah Tuhan Semesta Alam. Komitmen dan konsistensi menjadi baik akan menyertakan perangkat-perangkat yang baik dan berkesudahan pun dengan baik. Dalam perjalanannya, kesungguhan menjadi baik akan didampingkan dengan pasangan baik yang sama-sama bersungguh-sungguh untuk menjadi baik.
Sehingga, berbicara maasalah cinta & perasaan (konteks sesama makhluk) maka 'direction'nya, petunjuk arahnya adalah pemantasan diri untuk menjadi baik. Bukan target siapa pasangan yang baik.
Sahabat...., realitas di lapangan tidaklah semudah teori.... Terkadang, konsekuensi berinteraksi sosial salah satunya adalah tumbuhnya benih-benih, perasaan-perasaan khusus kepada lawan jenis. Tidak mengapa ada perasaan suka (wajar & masih manusiawi), hanya saja tetap memperhatikan batasan-batasan syariat yang ada. Tidak di'follow-up'i (ditindak lanjuti) dengan hawa nafsu. Menahan di dalam hati, menunggu keputusan takdir Ilahi dan tetap meyakini bahwa "yang baik untuk yang baik".
Jika engkau dapati ada 'seseorang' di hatimu yang pada akhirnya tidak ditakdirkan untuk bertemu, maka seharusnya berikut adalah cara pandangnya:
- Engkau bukanlah tidak baik atau tidak pantas untuknya, engkau adalah pribadi yang baik yang kepantasannya berbanding lurus dengan seseorang yang tepat Allah siapkan kemudian.
- Dirinya (seseorang yang kau sukai) bukanlah tidak pantas atau tidak baik untukmu, dia adalah sosok yang pantas. Hanya saja, akan sinergis baik-nya pada seseorang yang telah Allah pilihkan.
Pada akhirnya sahabat...., Allahlah sebagai Cinta di atas Cinta & Perasaan di atas Perasaan.
Tetaplah komitmen & konsisten untuk menjadi YANG BAIK sebab "YANG BAIK JUGA UNTUK YANG BAIK".
*Qs. An-Nur : 26
10 Ramadhan 1433 H
1 komentar:
nice article.... semoga sama2 dpt yg trbaik😉
Posting Komentar