Inspiring Word

“Hendaklah kamu lebih memperhatikan tentang bagaimana amalan itu diterima daripada banyak beramal, karena sesungguhnya terlalu sedikit amalan yang disertai takwa. Bagaimanakah amalan itu hendak diterma ?”
(Ali ra)


 “Pada suatu hari hasan al-basri telah ditanya oleh seorang lelaki mengenai hari yang mana baginya hari raya yang sebenarnya, hasan al-basri menjawab: hari yang sebenar-benarnya hari raya itu ialah setiap hari yang pada hari itu aku tidak melakukan maksiat kepada Allah swt.”


“Yahya bin Aksam berkata: Tiada seorang yang baik perkataannya melainkan akan tampak dalam semua amalnya dan tiada rusak perkataan seseorang melainkan akan tampak dalam semua amal perbuatannya.”


“Ilmu itu perhiasan dan diam itu keselamatan, maka bila engkau berkata-kata janganlah terlampau banyak. Jika engkau menyesal karena diam satu kali, maka sungguh engkau akan menyesal karena bicara berulang kali.”


“Teman yang baik itu lebih baik dari duduk sendirian dan duduk sendirian lebih baik dari teman yang jahat dan mengutarakan kebaikan lebih baik dari diam dan diam lebih baik dari berkata kejelekan.”


“Mengenalimu 1 kesyukuran, bergurau denganmu 1 kebahagiaan, menyakiti hatimu akan kuelakkan.. 1 permintaanku semoga persahabatan kita berpanjangan.” 


“Secebis kasih membuat kita sayang, secubit mesra menumbuh rasa cinta, secangkir janji membuat kita percaya, sedikit dusta membuat kita terluka, namun sekeping ukhuwah selamanya akan terasa.” 


“Karamkan dirimu dalam lautan zikir, rebahkan dirimu ke dada sholat, tingkatkan diri dengan amalan sunat. Niscaya dirimu akan peroleh berkat dan rahmat.” 


“Bertemanlah ibarat pohon, yang berakarkan kesetiaan, berbatangkan keikhlasan, berdahankan kejujuran, berantingkan kesepahaman dan berdaunkan kasih sayang.” 


Para aktivis anak bangsa harus diimunisasi dari putus asa dan apatisme yang membuat mereka jadi kebal dan akhirnya menikmati keterpurukan yang bagai meluncur ke jurang. Protes jadi nyanyian duka yang parau dan liriknya jadi mantra-mantra yang kehilangan tuah.” (Alm. KH. Rahmat Abdullah, Asasiyat Tarbawi, Zu Qou Ghu, 62) 


“Jangan lihat hidup dari fenomena-fenomena, lihatlah dari hakekat. Kecuali keresahan hati dan kekakuan sikap yang tak pandai kau cairkan, selebihnya adalah senandung nasib yang kau boleh rintihkan bagi zaman sesudahmu atau jadikan itu sebagai khazanah doa yang akan kau panen di hari esok.” (Alm. KH. Rahmat Abdullah, Asasiyat Tarbawi, Cucu Mushalla, 63) 


“Barangsiapa meninggalkan kewajiban amar ma’ruf nahi mungkar, maka anak, istri, dan pembantunya pun akan membangkang kepadanya.” (Ali Zainal Abidin, cucu Ali bin Abi Thalib) … Ternyata memang, keikhlasan seseorang atau keluarga kerap menembus sampai beberapa generasi sesudahnya. (Alm. KH. Rahmat Abdullah) 


“Hindarilah bergincu dengan ilmu sebagaimana engkau menghindari ujub (kagum diri) dengan amal. Jangan pula engkau meyakini bahwa aspek batin dari adab dapat diruntuhkan oleh sisi zahir dari ilmu. Taatilah Allah dalam menentang manusia dan jangan taati manusia dalam menentang Allah. Jangan simpan sedikitpun potensimu dari Allah dan jangan restui suatu amal kepada Allah yang bersumber dari nafsumu. berdirilah di hadapan-Nya dalam shalatmu secara total.” (Al Muhasibi, Risalatul Mustarsyidin) 


“Kematangan pribadi & keberhasilan tarbiyah dzatiyah seseorang tak diukur berdasarkan kekayaan hafalannya atau keluasan pengetahuannya, tetapi pada kemampuannya memungsikan bashirahnya: ‘Perumpamaan orang yang aktif dalam dunia ilmu namun tak punya bashirah, seperti 100.000 orang buta berjalan dengan kebingungan. Seandainya ada satu saja di tengah mereka yang dapat melihat walau hanya dengan satu mata, niscaya masyarakatnya hanya mau mengikuti yang satu ini dan meninggalkan yang 100.000’.” (Alm. KH. Rahmat Abdullah) 

Digg Google Bookmarks reddit Mixx StumbleUpon Technorati Yahoo! Buzz DesignFloat Delicious BlinkList Furl