Sabtu, 01 Mei 2010

“FANTASTIC FOUR” DALAM PERSPEKTIF PENYIKAPAN MUSIBAH


Mendengar istilah “Fantastic Four”, maka pada umumnya pikiran kita serta merta melakukan ‘rewind’ memori otak terhadap film action (aksi) superhero Fantastic 4. Secara ringkas film ini memberikan ilustrasi dan informasi tentang sekelompok orang yang masing-masing memiliki kekuatan luar biasa, khas serta berbeda dengan orang-orang biasa pada umumnya. Hal inilah yang menjadi salah satu faktor latarbelakang penamaan film Fantastic 4 tersebut.
Penggunaan istilah Fantastic Four dalam judul di atas bermaksud mengupayakan ekspansi daya pikir (Out of Box Minded) sekaligus pemanfaatan sudut pandang publik terkait dengan sesuatu yang telah/ pernah di”konsumsi” dan diperoleh (Public Branding Opinion). Sehingga efeknya kita mampu menemukan serpihan-serpihan istilah yang untuk kemudian mampu menjadikannya sebagai bangunan inspirasi kebaikan (Eternity Inspiration Building). Insya ALLAH ….

Penjelasan & Pembahasan
Fantastic Four yang dimaksud adalah empat (4) perkara, alasan sekaligus landasan syar’i yang sangat direkomendasikan (disarankan) dalam menyikapi setiap musibah yang diterima/ dialami dengan teknik yang luar biasa (fantastic).
Praktik sabar dalam perkara musibah adalah suatu sikap yang lumrah, namun bagaimana jika praktik syukur yang sengaja dipilih dalam menyikapi/ menghadapi musibah tersebut ???
Sahabat ….
Pada hakikatnya terdapat sekian banyak nikmat yang tersirat Allah berikan kepada masing-masing makhluk-Nya tiap kali momentum musibah itu datang. Perhatikan riwayat berikut (sikap salafushalih/ orang-orang shalih) yang menjadi pokok & substansi tema kali ini :
“Sungguh aku ditimpa musibah, tetapi aku tetap memuji Allah atas musibah itu karena EMPAT perkara,
Pertama
aku memuji Allah, karena aku tidak ditimpa musibah yang lebih besar dari yang aku terima.
Kedua
aku memuji Allah karena aku diberikan kesabaran oleh Allah dalam menghadapi musibah.
Ketiga
aku memuji Allah swt karena Allah swt telah menempatkan aku dalam kondisi aku bisa berharap pahala dari-Nya. Dan
Keempat
aku memuji Allah karena tidak ditimpakan musibah dalam urusan agamaku.”
(Syuraih Rahimahullah)
LUAR BIASA !!!
Lihatlah bagaimana kaidah Open Mind (keluasan cakrawala pikiran), Positive Thingking (berpikir positif) & Positive Feeling (berperasaan positif) mampu menghadirkan energi berupa sikap SYUKUR yang dahsyat.
Ketika jasad dan ruh benar-benar menerima ujian berupa musibah, maka sebelum sikap melakukan eksekusi(tindakan), otak terlebih dahulu melakukan analisis yang filterisasinya(penyaringnya) berasal dari hati. Hati yang salim (bersih) natijah (buah) dari kesadaran dan pengetahuan yang begitu mendalam terhadap eksistensi Allah serta nikmat yang diberikan oleh-Nya kepada mereka.
LIHAT LEBIH DEKAT !!!
Pertama
sikap awal yang dilakukan ketika memperoleh musibah adalah dengan melakukan komparasi (perbandingan) berat dan ringan, banyak dan sedikit. Otak melakukan analisa, dan hasilnya bahwa masih banyak orang-orang tertimpa musibah yang berat/banyaknya melebihi dari diri kita. Inilah yang kemudian menghadirkan instruksi syukur keluar dari diri kita.
Kedua
bersamaan saat menerima musibah, otak berupaya melakukan relaksasi. Berusaha untuk tetap tenang. Momen itulah akan dirasakan manisnya kesabaran. Inilah yang kemudian menghadirkan instruksi syukur atas nikmat kesabaran yang masih terpatri kokoh di dalam diri.
Ketiga
Ketika sabar tengah menghias diri saat musibah sedang dialami maka imajinasi kita akan bergerak cepat pada bayang-bayang kompensasi (timbal balik) berupa pahala dari Allah swt. Inilah yang kemudian menghadirkan instruksi syukur bahwa dalam kondisi sulit/tertimpa musibah pun diri ini masih memiliki potensi yang luar biasa untuk mengharap pahala dari-Nya.
Keempat
Kemampuan mengendalikan diri akan muncul saat jasad & ruh ini benar-benar merasakan lezatnya perhatian dari Allah kepada hamba-Nya berupa musibah. Setelah adanya harapan kompensasi pahala dari-Nya, maka diri semakin sadar bahwa ternyata musibah yang diterima hanyalah musibah dunia/perkara materi. Ia masih diselimuti Iman dan Islam yang dengannya(Iman & Islam) mampu mendidik(mentarbiyah) dirinya semakin dewasa, semakin mampu menterjemahkan fenomena(gejala hidup) dan sekaligus memproyeksikan(mengarahkan) segala bentuk fenomena tersebut pada potensi-potensi amal kebaikan. Hal inilah yang kemudian menghadirkan puncak instruksi berupa ekspresi syukur tiada berhingga karena nikmat UTAMA (Iman & Islam) masih eksis menghias diri.





The Real Fantastic Four is Belong to Islam, so We Can Do it, We Can Feel it ………

“Aku melihat Hamba-Ku memujiKu ketika Aku memberikan sesuatu yang menakutkannya, sebagaimana ketika Aku memberi kesenangan padanya. Masukkanlah hamba-Ku itu ke dalam surga-Ku karena ia telah memuji-Ku dalam segala keadaan.”
(Hadits Qudsi, Syu’abul Iman 4/117)

Digg Google Bookmarks reddit Mixx StumbleUpon Technorati Yahoo! Buzz DesignFloat Delicious BlinkList Furl

1 komentar:

isw_banna mengatakan...

HAHA, fantastic four kirain kayak di felm
nice posting bro