Sabtu, 15 November 2008

BERBUAT TANPA PAMRIH........, MUNGKINKAH ???





















Segala puja dan puji tersentralisasi kepada Dzat Maha Pemberi, ALLAH Rabbul 'izzati. Shalawat serta salam semoga tetap tercurah kepada insan teladan Rasulullah Muhammad saw, pun tercurah kepada segenap keluarga, sahabat dan pengikut beliau yang komitmen dan konsisten meneruskan estafet perjuangan risalah Islam.


Ikhwati iman...


Jawaban atas pertanyaan : Berbuat tanpa pamrih... mungkinkah ??? memiliki dua jawaban.
1. Jawaban umum
2. Jawaban khusus


Izam membahas...


Untuk jawaban umum, jelas mungkin terjadi namun butuh proses dan latihan dalam implementasi sehari-hari. Sering terdengar dalam telinga: berbuatlah tanpa pamrih. Lakukan dengan tulus tanpa maksud tertentu atau imbalan tertentu. Pesan ini memberikan informasi yang berkaitan dengan motivasi perbuatan. Dan umumnya, orang-orang sangat menyukai dan sangat mengidam-idamkan sosok seseorang/ kelompok yang melakukan sesuatu atas dasar sebuah ketulusan dan bukan ada maksud tertentu yang cenderung bersifat parasit. Ya..., Izam pikir mutualisme kuncinya, agar kedua belah pihak sama-sama diuntungkan. Berarti konteksnya seputar memberi dan menerima, akar dari perbuatan tanpa pamrih. Lantas, bagaimana agar hal tersebut -aktivitas mutualisme- dapat terrealisasikan/ direalisasikan ???
Inilah latar belakang hadirnya jawaban khusus.



Untuk jawaban khusus, -dalam sudut pandang khusus juga- adalah suatu yang tidak memungkinkan. Fitrahnya kita berbuat, maka kita juga mengharapkan atas apa yang telah kita telah perbuat. Perbedaan yang sangat mendasar adalah substansi, prinsip, dan dasar perjuangan dari perbuatan kita. Orang yang bekerja mati-matian dengan substansi duniawi, prinsip otorisasi harta dan dasar perjuangan proyeksi duniawi maka pamrihnya adalah hasil maksimal berupa pelimpahan harta dan kekuasaan. Sementara Muslim visioner bekerja mati-matian dengan substansi ukhrowi, prinsip ibadah dan dasar perjuangan "Allahu al-Ghayah = Allah sebagai tujuan " maka pamrihnya adalah Ridho Allah atas segala jerih payahnya, sehingga aktivitasnya bernilai, memiliki investasi, Investasi saham kebaikan. Sehingga definisi mutualisme pada jawaban umum semakin jelas bahwa aktivitas sesuatu memiliki pamrih sesuatu, prosedur mutualismenya adalah memberi kepada makhluk dan berharap/menerima dari Sang Khalik (ALLAH 'azza wa jalla). Dengan demikian jelaslah substansi dari mutualisme tersebut, prinsip pendistribusian 'kebaikan' dimana, kemana dan kepada siapapun dengan orientasi permanen untuk Allah semata. Setidaknya hal ini dapat merepresentasikan urgensi dan esensi ibadah, sehingga pengertiannya menjadi luas. Konsekuensinya, memiliki ruang yang luas juga dan pasti ragam investasi yang luas.


Wa4WIu a'lam....

Digg Google Bookmarks reddit Mixx StumbleUpon Technorati Yahoo! Buzz DesignFloat Delicious BlinkList Furl

Tidak ada komentar: